BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Joyce dan Weil (1996) mengemukakan beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang
guru adalah”: focusing and planning instruction,
learning
community dan
discomfort productive. Sementara
Arends (2007) mengemukakan beberapa
hal yang harus dimiliki guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran di
kelas
adalah: perencanaan
guru, komunitas
belajar dan memotivasi
siswa, manajemen kelas dan asesmen
serta evaluasi.
Banyak aspek pengajaran dan pembelajaran sekarang ini menuntut perubahan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi serta tuntutan masyarakat
yang besar terhadap
pendidikan yang berkualitas. Kondisi tersebut
menuntut perubahan dalam
berbagai aspek pembelajaran,
salah
satunya
harus
dimulai dari perencanaan. Merencanakan
pembelajaran pada
dasarnya adalah
mengambil keputusan
tentang
pengajaran dan merupakan suatu
proses yang banyak menuntut pemahaman dan keterampilan yang canggih dan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan secara matang. Karena itu membuat perencanaan pembelajaran pada dasarnya memerlukan waktu yang cukup bagi seorang guru.
proses yang banyak menuntut pemahaman dan keterampilan yang canggih dan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan secara matang. Karena itu membuat perencanaan pembelajaran pada dasarnya memerlukan waktu yang cukup bagi seorang guru.
Perencanaan pembelajaran
harus
mempertimbangkan
berbagai faktor,
salah
satu faktor penting adalah pertimbangan
tentang kompetensi,
tujuan, isi dan standar.
Dua dekade terakhir berbagai
perspektif
perencanaan
yang muncul mengalihkan focus perencanaan
dari guru kepada siswa. Minat
learner
centered
planning yang berasal
dari hasil kajian American
Psychologi
association
yang dilaksanakan
oleh McCombs (2001), serta
Weimer, 2002).
Weimer (2002) memberi penekanan pada praktik
di kelas, ia menyatakan
bahwa pembelajaran
siswa yang harusnya menjadi penekanan,
bukan
pengajaran.
Oleh sebab
itu menurut Weimer
(2002) ada 5 praktik
pengajaran
yang sangat penting untuk berubah yaitu:
1. Keseimbangan kekuasaan harus dipindahkan
dari guru kepada siswa.
2. Isi harus
berubah dari sesuatu yang harus dikuasasi
menjadi alat untuk mengembangkan
keterampilan
belajar
3. Paradigma harus
berubah dari paradigma
bahwa
guru melakukan semua
tugas perencanaan dan melakukan pedagogi yang baik menjadi paradigma
bahwa guru adalah penuntun dan
fasilitator
4. Tanggung jawab untuk
pembelajaran
harus
pindah dari guru
ke siswa dengan maksud membantu siswa
agar dapat menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.
5. Evaluasi
harus
digunakan
untuk memberikan
umpan balik dan untuk menghasilkan pembelajaran
dengan
penekanan
yang kuat
pada partisipasi siswa dalam
evaluasi
diri.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Komunitas Belajar dan Memotivasi Siswa mempengaruhi siswa ?
2.
Bagaimana Pemilihan dan Penentuan Strategi Pembelajaran yang cocok ?
3.
Apa Perbedaan antara Strategi ,Model , Metode ,Teknik dalam pembelajaran ?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT
1.
Memberikan pengetahuan tentang komunitas belajar untuk
guru dan pembaca
2.
Memberikan strategi cara memotivasi siswa untuk guru
dan pembaca
3.
Memberikan pemilihan pembelajaran yang tepat untuk
guru dan pembaca
4.
Memberikan penentuan strategi pembelajaran untuk guru
dan pembaca
5.
Dapat membedakan antara strategi , model pembelajaran
, metode serta teknik pembelajaran untuk guru dan pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KOMUNITAS BELAJAR DAN
MEMOTIVASI SISWA
Komunitas belajar adalah
suatu
situasi
dan kondisi
dimana para
siswa
menunjukkan kegairahan
belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Dalam
komunitas
belajar
terlihat
saling bantu membantu diantara anggota komunitas.
Kelas sebagai
suatu
komunitas dapat dibentuk menjadi komunitas belajar
melalui upaya guru untuk membuat
situasi dan kondisi kelas
yang memungkinkan tumbuhnya suasana komunitas.
Membuat
kelas menjadi sebuah
komunitas belajar adalah salah satu hal terpenting yang dapat dilakukan guru, yang
mungkin bahkan lebih penting dibanding
praktik-praktik
yang digunakan dalam
aspek-aspek
pengajaran
yang lebih formal.
Komunitas
belajar di kelas
mempengaruhi keterlibatan dan prestasi siswa, dan menentukan bagaimana
kelas seorang
guru akan berubah
dari sekadar sekelompok
individu menajadi sebuah
kelompok kohesif yang tandai dengan
ekspektasi
yang tinggi, hubungan
yang penuh perhatian,
dan penggalian
informasi yang produktif. Akan tetapi, menciptakan
komunitas
belajar
yang produktif sama sekali bukan tugas
yang mudah, dan juga
tidak
ada resep mudah yang akan memastikan
keberhasilannya.
Komunitas
belajar yang produktif tidak
terjadi secara otomatis. Komunitas semacam itu membutuhkan
banyak kerja keras dari
pihak
guru.
1. Perspektif tentang Kelas sebagai Komunitas Belajar
Dilema
yang sama juga
ada di kelas. Kita menemukan situasi bahwa, di satu sisi, kita ingin
membangun komunitas yang memberikan
dorongan, keamanan, dan dukungan
bagi
individu-individu
pelajar. John Dewey (1916)
bertahun-tahun
yang lalu melihat
bahwa anak-anak belajar
selama mereka berpartisipasi
di berbagai lingkup sosial. Yang lebih
mutakhir, para pakar seperti Jerome Bruner(1996) dan Vygotsy
(1978,1994)
mengatakan bahwa orang menciptakan makan dari hubungan
dan keanggotaan
di budaya tertentu.
Jadi, kelompok dan
komunitas
belajar menjadi salah
satu aspek
penting pembelajaran. Di satu pihak, kehidupan
kelompok
dapat
membatasi inisiatif
individual dan
mendukung norma-norma
yang berlawanan
dengan
kreativitas
dan pembelajaran akademik.
Marilah kita lihat lebih dekat hubungan antara kedua fitur kehidupan kelas ini.
Konsep learning community
(komunitas belajar) adalah
faktor terpenting dalam dimensi sosial kehidupan
kelas. Komunitas belajar, bila
diperbandingkan
dengan
sekadar sekumpulan individu,
adalah
Setting
tempat individu-individu
dalam komunitas
it u memiliki
tujuan bersama, memiliki hubungan bersama,
dan saling menunjukkan kepedulian terhadap
satu sama
lain. Di
sinilah tempat orang -orang yang memiliki kecendrungan dan norma yang sama
untuk merasakan
dan bertindak dengan cara tertentu. Mengembangkan
komunitas belajar produktif dengan
fitur -fitur seperti ini bukan tugas
yang
mudah.
Akan
tetapi, bagi guru, memenuhi
tantangan
ini adalah aspek paling rewarding dalam pekerjaannya.
2. Fitur-Fitur Komunitas Belajar
Tiga
ide dasar
dapat membantu
kita untuk
memahami kompleksitas kelas
dan
akan memberikan pedoman
tentang bagaimana
cara membangun
komunitas
belajar yang lebih produktif. Ketiga dimensi ini ditunjukkan
dalam gambar yang diikuti dengan deskripsinya
masing -masing.
Properti Kelas Proses Kelas
Kelas
dan Komunitas
a
Kelas
dan Komunitas
a
Gambar. Tiga
Dimensi
Kelas
Propertis kelas. Salah satu cara untuk memikirkan tentang kelas adalah
dengan melihatnya
sebagai
sebuah sistem
ekologis
yang setiap warganya
(guru dan siswa) berinteraksi di lingkungan
terten
tu (kelas)
dengan maksud mengerjakan berbagai kegiatan dan tugas yang berharga.
Dengan menggunakan
perspektif ini untuk mempelajari kelas, Walter
Doyle(1986) menyatakan
bahwa
kelas memiliki enam properti yang membuatnya
menjadi
sistem
yang kompleks yang demanding (banyak
menuntut).
Multidimensionality. Hal ini menunjukkan
pada kenyataan
bahwa kelas adalah
tempat yang
dipenuhi dengan
beberapa
orang dengan
berbagai latar belakang kepentingan, dan kecakapan berkompetensi
yang berbeda -beda.
Simultaneity. Sembari membantu
seorang siswa
selama mengerjakan seatwork (deskwork
= tugas
siswa dikelas) -nya,
seorang guru harus
memantau
seluruh
kelas, menangani
interupsi, dan selalu memerhatikan
waktu.
Immediacy (kesegeraan). Properti
penting ketiga dalam kehidupan
kel
as adalah perubahan
yang cepat dari satu kejadian ke kejadian lain dan
dampak langsung nya pada kehidupan
guru dan siswa.
Unpredictability (tidak
dapat diprediksi). Kejadian -kejadian di kelas tidak hanya menuntut perhatian
segera, tetapi mungkin juga terj
adi di
luar perkiraan
dan
hasilnya tidak dapat diprediksi.
Publicness
(keterbukaan). Di banyak lingkungan pekerjaan, di sebagian
besar waktu orang-orang
bekerja sendiri atau hanya dengan
beberapa orang
saja.
History
(sejarah).
Kelas
dan
partisipasinya secara
gradual berubah
menjadisebuah
komunitas yang memiliki sejarah yang sama.
Proses
Kelas.
Richard Schmuck dan Patricia Schmuck (2001)
mengembangkan sebuah kerangka
kerja yang agak berbeda untuk melihat kelas. Mereka menyoroti
pentingnya proses interpersonal
dan proses kelompok di kelas.
Keduanya
percaya
bahwa
komunitas belajar positif
diciptakan
oleh guru bila guru mengajarkan
berbagai keterampilan
interpersonal
dan proses
kelompok yang penting dan bila mereka membantu kelasnya untuk
dapat
berkembang s ebagai kelompok. Schmuck dan schmuck
mengidentifikasi enalm proses kelompok yang , bila bekerja secara berkaitan
satu sama lain, menghasilkan
komunitas kelas yang positif.
Komunitas.
Kebanyakan interaksi kelas ditandai oleh komunitas verbal dan nonverbal dan merupakan
proses
resiprokal.
Schmuck dan
schmuck menganjurkan
proses komunikasi
yang terbuka dan
hidup dan disertai
keterlibatan yang tinggi oleh partisipannya.
Persahabatan dan Kohessivitas.
Proses
ini melibatkan sejauh
mana orang -orang yang ada dalam kelas saling menghormati dan
menghargai satu
sama lain dan
bagaimana pola - pola pertemanan
/ persahabatan
dalam
kelas mempengaruhi iklim
dan pembelajaran.
Proses ini
semakin dianggap
penting
karena
para peneliti, seperti Wentzel, Barry, dan Caldwell
(2004) menunjukkan
dalam
sebuah
studi
mutakhir
bahwa para siswa sekolah menengah
yang tidak
memiliki teman menunjukkan perilaku prososial,
prestasi akademik, dan distres 1 emosional
yang lebih rendah. Schmuck dan Schmuck
mendorong guru
untuk menciptakan
lingkunga
n kelas yang ditandai
dengan adanya kelompok - kelompok
sebaya yang bebas klik,
dan
tidak ada siswa yang berada di luar
struktur pertemanan.
Ekspektasi.
Di kelas, orang-orang
memiliki ekspektasi terhadap satu sama lain dan terhadap dirinya sendiri.
Schmuck dan schmuck
tertarik dengan bagaimana
ekspektasi - ekpektasi itu menjadi terpola seiring perjalanan waktu
dan bagaimana
mereka
mempengaruhi iklim kelas dan pembelajaran.
Norma. Norma adalah
ekspektasi bersama yang dimiliki siswa dan
guru untuk perilaku
kelas. Schmuck dan Schmuck
menghargai kelas yang memiliki
norma -norma yang mendukung keterlibatan siswa yang tinggi dalam tugas -tugas
akademik,
tetapi
sekaligus juga
mendorong hubungan
interpersonal yang positif dan adanya tujuan
bersama.
Kepemimpinan. Proses
ini mengacu
pada
bagaimana kekuasaan dan
pengaruh diberikan
di kelas dan
dampaknya pada
interaksi
dan kohesivitas kelompok.
Schmuck dan
schmuck melihat kepemimpinan
sebagai
proses interpersonal
dan bukan
sebagai
ciri seseorang, dan mereka mendorong agar kep
emimpinan itu dibagi
dalam
kelompok -kelompok yang ada di kelas.
Konflik. Konflik
terjadi di lingkungan
manapun,
dan kelas bukan pengecualian dalam hal ini. Guru didorong
untuk mengembangkan
kelas
tempat
konflik ditengarai dan proses yang
menyebabkan
konfl
ik ditangani dan diatasi
secara produktif.
Struktur
Kelas. Struktur
Kelas adalah
bagaimana
kelas diorganisasikan
di seputar tugas-tugas dan partisipasi belajar dan
bagaimana
tujuan reward ditetapkan
. Struktur yang membentuk kelas dan tuntutan
pelajaran t ertentu
terhadap siswa menawarkan perspektif lain tentang
kelas. Peneliti -Peneliti seperti Gump (1967), Kounin (1970), dan,
yang
lebih
mutakhir, Doyle (1986, 1990),Doyle
dan
Carter (1984),
dan
Kaplan,
Gheen dan Migley (2002) percaya bahwa perilaku
di kelas
sebagian merupakan
respons terhadap
struktur dan tuntutan kelas. Pandangan tentang kelas ini
sangat
memerhatikan
struktur yang ada di dalam
kelas dan berbagai
kegiatan
dan
tugas yang diperintahkan
kepada
siswa untuk dikerjakan selama pelajaran tertentu.
Struktur
Tugas. Tugas
sosial
dan akademik yang direncanakan
oleh guru menentukan jenis pekerjaan
yang dilaksanakan siswa
di kelas.
Dalam
contoh ini, tugas kelas mengacu
pada apa yang diharapkan
dari siswa dan tuntutan
kognitif
dan
sosial yang dibebankan untuk
menyelesaikan
tugas itu.
Di lain pihak,
kegiatan kelas adalah hal-hal
yang dikerjakan siswa, yang dapat
diobservasi: partisipasi
dalam diskusi, bekerja dengan
siswa-siswa lain
dalam kelompok -kelompok kecil,
mengerjakan
seatwork, mendengarkan keterangan guru, dan
sebagainya. Tugas dan kegiatan
kelas
bukan
hanya membantu
membentuk perilaku guru
dan
siswa,
tetapi juga membantu menentukan
apa yang dipelajari
siswa.
Task structure
(struktur
tugas)
berbeda
sesuai
kegiatan
yang dituntut
oleh stratedi atau model pengajaran
tertentu
yang digunakan
oleh guru. Pelajaran
yang diorganisasikan di seputar
lecture (ceramah) memiliki tuntutan yang jauh berbeda dibanding pelajaran
yang diorganisasikan di seputar
diskusi kelompk kecill.
Tuntutan terhadap siswa
selama
periode diskusi
juga berbeda
dengan
yang dikaitkan
dengan seatwork.
Struktur Tujuan dan Reward.
Struktur kelas tipe kedua adalah bagaimana tujuan
dan
reward distrukturisasikan.
Goal Structures (struktur tujuan) menyebutkan tipe interdependensi
(saling ketergantungan)
yang dibutuhkan dari siswa ketika mereka
berusaha
menyelesaikan
tugas-tugas
belajar-hubungan
antarsiswa dan antara individu dak kelompok.
Jhonson dan Johnson (1999) dan Slavin (1995) mengidentifikasi tiga
struktur tujuan
yang berbeda :
Cooperative
goal structure
(struktur tujuan kooperatif) ada bila
siswa
mempersepsi bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka jika,
dan
hanya jika,
siswa-siswa
lain dengan
siapa
dirinya bekerja bersama-sama, juga dapat meraih tujuan
itu.
Competitive Goal
Structure
(Struktur
tujuan kompetitif)
ada bila siswa mempersepsi bahwa mereka
dapat meraih tujuannya hanya bila
siswa-siswa lainnya.
Perspektif sosiokultural.
Perspektif terakhir dan paling kontemporer tentang kelas sebagai komunitas belajar berasal
dari
para teor etisi sosiokultural dan para pereformasi
sekolah
yang sangat dipengaruhi oleh Dewey,
Piaget, dan
Vygotsky.
Oakes dan Lipton (2003)
merangkum perspektif sosiokultural
ini.
Mereka
mengatakan
bahwa pedagogi yang terkait dengan
perspektif ini
tidak dapat diterjemahkan menjadi “seperangkat praktik yang terbukti paling baik”,
tetapi berevolusi dari
“kualitas
hubungan belajar antara guru dan siswa”
dan bahwa “praktik tidak dapat dinilai secara
terpisah dari pengetahuan kultural
yang dibawa siswa ke sekolah”.
Tetapi, Oakes
dan Lipton mengemukakan
sejumlah
pedoman,
yang tidak terlalu berbeda dengan
yang dideskripsikan
oleh Schmuck dan Schmuck,
yang dapat
digunakan
oleh guru untuk mengkonstruksikan komunitas
belajar yang autentik dan adil secara sosial
:
a) Guru dan siswa
yakin bahwa setiap orang
dapat belajar dengan baik;
b) Pelajarannya
bersifat
aktif, multidimensional,
dan sosial;
c) Hubungannya
penuh perhatian dan
saling tergantung (interdependen);
d) Ucapan dan
tindakan yang ada adil secara sosial;
e) Assesmen
autentik meningkat kan
pembelajaran.
Strategi untuk Memotivasi Siswa dan Membangun
Komunitas Belajar yang Produktif
Membangun
komunitas
belajar yang produktif dan memotivasi
siswa agar terlibat dalam kegiatan
belajar yang bermakna adalah tujuan utama pengajaran.
Strategi
-strategi
untuk mencapai
situasi
kelas semacam
ini akan dideskripsikan
di bagian -bagian
berikut ini.
1) Meyakini
Kapabilitas Siswa dan Memusatkan
Perhatian pada Faktor -Faktor yang Dapat Diubah
Ada banyak
hal yang dibawa
siswa ke
sekolah, yang tidak
dapat
banyak diubah oleh guru.
Sebagai contoh,
guru hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kepribadian
dasar siswa,
kehidupan di rumahnya,
atau pengalaman masa kecilnya.
Hal-hal
terpenting yang dapat dikontrol guru adalah sikapnya sendiri terhadap siswa
dan keyakinan tentang mereka,
khususnya
keyakinan
tentang
siswa yang berasal
dari latar belakang
yang berbeda
dengan dirinya
sendiri.
Meyakini bahwa
setiap
anak dapat
belajar dan
bahwa
setiap anak melihat dunia melalui kaca
mata kulturalnya
sendiri
dapat memindahkan beban tingkat keterlibatan
yang rendah dan prestasi
yang rendah
akibat latar
belakang
siswa ke tempat yang seharusnya -kelas
dan sekolah
yang tidak memahami tentang itu.
2) Menghindari
Penekanan -Berlebihan pada
Motivasi Ekstrinsik
Kebanyakan guru pemula
tahu banya k
tentang cara
menggunakan motivasi
ekstrinsik
karena banyak ide
commonsense tentan perilaku manusia
menyandarkan
diri apda prinsip-prinsip penguatan, khususnya prinsip memberikan hadiah eksternal (penguatan
positif) untuk mendapatkan
perilaku yang diingi
nkan dan
menggunakan hukuman
untuk
menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
Nilai yang baik,
pujian,
piagam
penghargaan
adalah hadiah ekstrinsik yang digunakan oleh guru untuk membuat siswa -siswanya
belajar
atau berperilaku dengan cara tertentu.
Nilai buruk, teguran, dan penahanan (misalnya,
tidak
membolehkan keluar kelas selama
jam istirahat) diterapkan
untuk menghukum perilaku yang tidak diinginkan.
3) Menciptakan Situasi Belajar yang Memiliki Feeling Tone
Positif
Teori
kebutuhan
dan
atribusi yang terk ait dengan
motivasi menekankan pentingnya membangun
lingkungan belajar
yang menyenangkan,
tidak
berbahaya,
dan aman, yang sampai
tingkat tertentu siswa memiliki self-determination dan
bertanggung
jawab
atas pembelajarannya sendiri.
Orientasi
belajar
secara
keseluruhan
dan
“warna” kelas sangat penting. Seperti yang terobservasi dalam studi -studi yang dirangkum di bagian
sebelumnya,
sikap
dan orientasi
guru terhadap
situasi
belajar terentu memiliki pengaruh yang cukup besar pada
respons siswa
terhadap
berbaga
i situasi belajar. Sebagian peneliti (misalnya,
Hunter, 1982, 1995) menggunakan istilah Feeling Tone untuk mendeskripsikan
aspek
lingkungan belajar
ini
dan memberikan contoh -contoh hal-hal sederhana
yang dapat
diucapkan
guru untuk
membangun sebuah
feeling tone
yang positif, netral,
atau negatif :
Positif : “Kau pintar mengarang
cerita, saya tidak
sabar
untuk segera
Membacanya.”
Negatif: “Karangan itu harus selesai, kalau tidak kamu tidak
boleh keluar makan
Siang.”
Netral : “Kalau belum selesai, jang an khawatir, masih banyak
waktu untuk
Menyelesaikannya.”
4)Penyandaran Diri pada Minat dan Nilai -Nilai Instrinsik Siswa
Teori
Kebutuhan dan Motivasi
menekankan
pada pentingnya menggunakan motivasi intrinsik dan penyandaran
diri pada minat dan
keingintah uan
siswa sendiri. Guru dapat
melakukan
sejumlah
hal
untuk mengaitkan
bahan
dan
kegiatan belajar
dengan
minat
siswa, misalnya :
a) Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan siswa. Temukan hal-hal yang menjadi minat
atau keingintahuan siswa, misalnya
musik pop dan
kaitkan minat ini dengan topik yang
sedang
dipelajari
( Mozart, misalnya).
b) Menggunakan nama siswa. Menggunakan nama siswa membantu
mempersonalisasikan
pembelajaran
dan menarik perhatiannya.
Sebagai contoh, “Anggap
saja
bahwa Maria sedang mempresentasikan
argumen untuk memilih teman, dan Charles inging
menantang pendapatnya......,”
atau “Jhon memiliki pigmentasi yang lazim dikaitkan
dengan ras
-ras Nordic,
sementara
Roseanne lebih tipikal Latino.”
c) Membuat bahan pelajaran yang “hidup” dan baru. Guru dapat
mengatakan
hal-hal
yang biasa
menjadi “hidup” dan baru bagi
siswa. Sebagai
Contoh : “Ketika kalian
memesan
milkshake
Mc-Donald kesukaan kalian,
minumkan
itu tidak akan cair meskipun kalian
memanaskannya dalam oven. Itu
adalah
akibat emulsifier
yang terbuat dari algae (ganggang)
yang sedang
kita pelajari
saat
ini,”atau “Anggap saja kalian percaya reinkarnasi.
Di kehidupan yang akan datang, apa yang nanti
perlu kalian
lakukan untuk memenuhi hal yang belum terpuaskan
pada
kehidupan
kalian saat
ini?”.
5) Menstrukturisasikan Pembelajaran
untuk Mendapatkan “ FlowExperience”
Sekolah dan
guru dapat
menstrukturisasikan
berbagai
kegiatan
untuk menekankan nilai intrinsiknya sehingga
siswa dapat benar -benar terlibat
dan mengalami semacam
“flow” seperti yang telah dideskripsi kan sebelumnya.
Akan
tetapi,
keterlibatan total semacam itu, menurut Csikszenthmihalyi, hanya mungkin terjadi pada
pengalaman belajar yang memiliki karakteristik tertentu.
Menciptakan “flow” barangkali tidak semudah kelihatannya,
khususnya di
kelas
yang beragam secara kultural dan
bahasa. Sebagai contoh, kegiatan
belajar
yang mungkin
tampak
menarik dan menantang
bagi guru sekolah
menengah
mungkin tidak ada artinya
bagi siswa dengan
latar belakang kultural
lain yang baru
belajar Bahasa Inggris. Tanpa membuat
hubungan yang berarti dengan
siswa
guru dapat
dibuat frustrasi dengan kurangnya keterlibatan
siswa dan siswa merasa
bahwa suara
mereka tidak didengarkan.
6) Menggunakan Pengetahuan
tentang Hasil
dan Jangan
Mencari -Cari Alasan
untuk
Kegagalan Feedback
(umpan-balik) yang juga
disebut
knowledge of
result (pengetahuan
tentang hasil)
untuk kinerja
yang baik memberikan
motivasi intrinsik. Umpan
–balik
untuk kinerja yang buruk
memberikan informasi yang dibutuhkan
siswa
untuk
memperbaiki
diri. Kedua tipe umpan
-balik ini
merupakan
faktor motivasional
penting.
Agar efektif umpan balik harus lebih spesifik
dan segera dibanding
rapor
yang dibuat
guru setiao enam atau sembilan
minggu.
7) Memusatkan Perhatian
pada Kebutuhan Siswa, Termasuk
Kebutuhan akan Self-Determination
Kebutuhan
akan pengaruh
dan
self-determination
terpuaskan bila siswa merasa
bahwa mereka memiliki kekuasaan
tertentu atau dapat
menyatakan
pendapatnya tentang lingkungan kelas
dan tugas
belajarnya.
Cheryl
Spaulding
(1992) mencetuskan
sebuah
cerita menarik tentang
betapa
pentingnya
pilihan dan self-determination bagi kebanyakan orang.
8) Memusatkan Perhatian
pada Struktur Tujuan Belajar
dan Taraf
Kesulitan Tugas-Tugas Instruksional
Teori belajar sosial
mengingatkan
kita tentang pentingnya cara menstrukturisas ikan dan melaksanakan
tujuan dan tugas belajar. Dua aspek
tujuan dan tugas belajar
seharusnya
dipertimbangkan,
yakni : struktur tujuan dan taraf kesulitan
tugas.
9) Menggunakan Tugas -Tugas Multidimensional
Menurut Elizabeth Cohen, tugas multidimensional adal ah tugas yang :
a) Secara intrinsik
menarik, rewarding, dan menantang;
b) Memasukkan lebih dari satu
jawaban
atau lebih dari satu
cara untuk menyelesaikan masalah;
c) Memungkinkan siswa yang berbeda
memberikan kontribusi yang berbeda;
d) Melibatkan
berbagai medium unt uk melibatkan indra penglihatan, pendengaran, dan perabaan;
e) Membutuhkan beragam
keterampilan
dan perilaku;
f) Menuntut untuk membaca dan menulis.
B.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar
untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses
pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
1. Batasan Strategi, Metode, dan Teknik
Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa
istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung
untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: (a). pendekatan
pembelajaran, (b) strategi pembelajaran, (c) metode pembelajaran; (d) teknik
pembelajaran; (e) taktik pembelajaran; dan (f) model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
a.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
b.
Strategi Pembelajaran
Kemp mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree). Dalam strategi exposition, bahan pelajaran
disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai
bahan tersebut. Sebagaimana yang dikutip oleh Wina, Roy Killen menyebutnya
dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa
dikatakan strategi pembelajaran langsung? Sebab dalam strategi ini, materi
pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian,
dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda
dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru
lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya
yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak
langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan
oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta
bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi
pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui
kaset audio.
Berbeda dengan strategi
pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok
siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar
kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal;
atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz
group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual.
Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat
terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang
mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan
kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Ditinjau dari cara penyajian
dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara
strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif.
Strategi pembelajaran deduktif
adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep
terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau
bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian
secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit. Strategi ini disebut juga
strategi pembelajaran dari umum ke khusus.
Sebaliknya, dengan strategi induktif, pada
strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atu
contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang
kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari
khusus ke umum.
Pembelajaran pada dasarnya
adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir
informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu
juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami,
sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang
dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:
a. Pertimbangan
yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1) Apakah tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor ?
2) Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
tingkat rendah ?
3) Apakah untuk
mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b. Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi
pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2) Apakah untuk
mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3) Apakah tersedia
buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c. Pertimbangan
dari sudut siswa:
1) Apakah strategi
pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2) Apakah strategi
pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3) Apakah strategi pembelajaran
itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d. Pertimbangan-pertimbangan
lainnya:
1) Apakah untuk
mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2) Apakah strategi
yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3) Apakah strategi
itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan
pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi
yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
afektif atau aspek psikomotor, dll.
c.
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:
(1)
ceramah;
ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan
yang partisipatif (curah pendapat, diskusi, penugasan, studi kasus, dll).
Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung
interaktif, yaitu melibatkan siswa melalui adanya tanggapan balik atau
perbandingan dengan pendapat dan pengalaman siswa. Media pendukung yang
digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan
dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di
kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
(2) demonstrasi;
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan
dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan
dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
(3) Diskusi;
Diskusi Umum
(Diskusi Kelas)
Pengertian
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan
pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya
digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,
permainan, dan lain-lain.
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan
pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya
digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,
permainan, dan lain-lain.
Curah Pendapat
(Brain Storming)
Pengertian
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
Diskusi Kelompok
Pengertian
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan
cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat
membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga
meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan
kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik
mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan
diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi
umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan
pemaparan hasil diskusi kelompok.
Bermain Peran
(Role-Play)
Pengertian
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
(4) simulasi
Pengertian
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di
dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi
dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang
sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan
fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan
tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya
berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam
keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam
contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi
dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat
melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
Sandiwara
Pengertian
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai
kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.
Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis
dikombinasikan secara seimbang.
Pengertian
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai
kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.
Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis
dikombinasikan secara seimbang.
(5) laboratorium
(6) pengalaman
lapangan
Praktek
Lapangan
Pengertian
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat
kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman
nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat
memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat
metode praktek adalah pengembangan keterampilan
Permainan (Games)
Pengertian
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah
‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan
suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal
yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi
hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
d.
Teknik Pembelajaran
Teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
2. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada
berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan
dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari ;
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari ;
a. rumusan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan,
b. analisis kebutuhan dan karakteristik
peserta didik yang dihasilkan, dan
c. jenis materi pelajaran yang akan
dikomunikasikan.
A.Kozma dalam Gafur (1989) , Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
A.Kozma dalam Gafur (1989) , Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Komponen
strategi pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara
keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling
penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah
satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan
pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka
kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah
urutan, ruang lingkup danjenis materi.
a) Urutan penyampaian
b) Ruang lingkup materi yang disampaikan
c) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang
berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan
(langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap
(berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37)
membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan
prinsip.
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat
dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active
Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil
apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung
dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey,
1978, h 108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta
didik, yaitu:
a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi
tentang suatu pengetahuan,sikap atau keterampiian tertentu.
b. Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil
belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil
belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik
akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka
lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu
diperbaiki.
4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan
yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam
kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta
didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata :
a.
hanya
menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang
diharapkan dapat dicapai
b.
Peserta
didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari
hasil belajar yang bervariasi tersebut.
Kriteria
pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi
pada tujuan pembelajaran
2. Pilih teknik
pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat
bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi
pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan
strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan
keterlibatan peserta didik.
1.
Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang
mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan
seberapajauh tujuan pembe¬lajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu
diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi
strategi yang efektif.
3.
Keterlibatan Peserta
Didik
Pada dasamya keteriibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat
memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi
pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
3. Strategi Kontekstual
Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Beberapa
strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran
kontekstual, antara lain:
1.
Pembelajaran berbasis
masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih
dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian
siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah
itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2.
Memanfaatkan lingkungan
siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan
yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar
kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk
melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung
tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3.
Memberikan aktivitas
kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta
membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru
dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai
dengan tingkat kesulitan penugasan.
4.
Membuat aktivitas
belajar mandiri
Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat
melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses
informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan
yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti
uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi;
serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses
pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5.
Membuat aktivitas
belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki
keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna
memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi
untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan
institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya
meminta siswa untuk magang di tempat kerja.
6.
Menerapkan penilaian
autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa
untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada
situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian
autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah
mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian
yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi,
dan laporan tertulis.
Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks
belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas
tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar.
Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk
berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan
penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembelajar aktif. Sebagai
contoh, siswa diminta untuk melakukan survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di
lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan
proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil
mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing
siswa. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh
karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh,
siswa diminta membentuk kelompok proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran
sungai di lingkungan siswa.
Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil
penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para
penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa
diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam
pertunjukan drama.
Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan
tertulis dapat berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, essai
penelitian, essai singkat.
Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian
seperti ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk
menggunakan ketrampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan diatas, kurikulum berbasis
kompetensi perlu dikembangkan supaya dapat diterapkan secara efektif di dalam
proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaksana kurikulum dapat menerapkan
strategi pembelajaran kontekstual supaya dapat memberikan bentuk pengalaman
belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memiliki kecakapan untuk
memecahkan permasalahan hidup sesuai dengan kegiatan belajar yang mengarahkan
siswa untuk terlibat secara langsung dalam konteks rumah, masyarakat maupun
tempat kerja.
Keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual perlu melibatkan berbagai
pihak. Dalam hal ini, penulis menyarankan supaya pihak sekolah dan masyarakat
memiliki kesadaran akan pentingnya beberapa hal, yaitu:sumber belajar tidak
hanya berasal dari buku dan guru, melainkan juga dari lingkungan sekitar baik
di rumah maupun di masyarakat; strategi pembelajaran kontekstual memiliki
banyak variasi sehingga memungkinkan guru untuk mengembangkan model
pembelajaran yang berbeda dengan keajegan yang ada; pihak sekolah dan
masyarakat perlu memberikan dukungan baik materiil maupun non-materiil untuk
menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
C.
Beda
Strategi, Model, pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
Banyak yang tidak paham dengan perbedaan anatara strategi,
model,pendekatan, metode, dan teknik. Nah berikut ini ulasan singkat tentang
perbedaan istilah tersebut.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikansecara khas oleh guru di kelas. Dalam
model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah,
dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.
Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur
pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik
pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran.
Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajarantersebut dinamakan model pembelajaran.
Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajarantersebut dinamakan model pembelajaran.
Sebagai ilustrasi, saat ini banyak remaja putri menggunakan
model celana Jablai yang terinspirasi dari lagu dangdut dan film Jablai.
Sebagai sebuah model, celana jablai berbeda dengan celana model lain meskipun
dibuat berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan tersebut
terletak pada sajian, bentuk, warna, dan disainnya. Kembali ke pembelajaran,
guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara
menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat
pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi
pendekatan dan metode yang sama.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagian besar guru mengembangkan
komunitas
belajar untuk
menumbuhkan ketertarikan
siswa
dan
motivasi siswa untuk
belajar, namun usaha untuk membuat komunitas
belajar dalam
kelas bukanlah
sebuah
usaha
yang mudah tapi memerlukan kerja
keras
guru. Beberapa
kiat
untuk membuat kelas sebagai
komunitas belajar dapat dilakukan strategi-strategi sebagai berikut:
1) Meyakini
Kapabilitas
Siswa dan Memusatkan Perhatian pada Faktor –Faktor
yang dapat diubah
2) Menghindari
Penekanan -Berlebihan
pada Motivasi
Ekstrinsik
3) Menciptakan
Situasi
Belajar yang Memiliki
Feeling Tone Positif
4) Penyandaran Diri pada Minat
dan Nilai
-Nilai Instrinsik Siswa
5) Menstrukturisasikan Pembelajaran
untuk Mendapatkan “ Flow Experience
6) Menggunakan Pengetahuan tentang Hasil
dan Jangan Mencari -Cari Alasan
untuk Kegagalan
7) Memusatkan Perhatian
pada
Kebutuhan
Siswa,
Termasuk Kebutuhan akan
Self- Determination
8) Memusatkan
Perhatian
pada
Struktur Tujuan Belajar dan Taraf Kesulitan Tugas
- Tugas
Instruksional
9) Menggunakan Tugas -Tugas Multidimensional
Pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna yaitu
(a). pendekatan
pembelajaran, (b) strategi pembelajaran, (c) metode pembelajaran; (d) teknik
pembelajaran; (e) taktik pembelajaran; dan (f) model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikansecara khas oleh guru di kelas. Pendekatan adalah
konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Teknik adalah cara kongkret yang
dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
B.
Saran
Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi
yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara spesifik. Dari
uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting
dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A
Taxanomy For Learning, teaching, and
Assessing: A revision of Bloom’s Taxanomy of Educational Objectives.
New York: Longman.
Arends,
Richard I. 2008. Learning To Teach, 7th
edition. New York: McGraw Hill, Inc.
Clark,
C.M. & Yinger, R.J. 1979. Three
Studies of Teacher Planning. East lansing, MI: Institue for research on
Teaching. Michigan State University.
Dirjen
POUD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Petunjuk
Peningkatan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Joyce,
Bruce & Weil. 1996. Models of
Teaching 5th edition USA : by Allyn & Bacon-A Simon &
Schuster Company-Needham Heights,Mass.02194.
Stronge,
J.H. 2002. Motivation of Effective
Teacher. Alexandria, VA: Association For Supervision and Curriculum development.
Walter
Doyle. 1986. Themes in Teacher Education
Research. New York: Macmillan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar