Senin, 08 Mei 2017

ASAM OKSALAT



BAB I
PERCOBAAN VII
SINTESIS ASAM OKSALAT
I.     PENDAHULUAN
1.1  TUJUAN
Sintesis asam oksalat dengan menggunakan bahan baku gula pasir
II.  DASAR TEORI
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100°C.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6oC dan etil eter pada suhu 25oC adalah 23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point. Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1.      “Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan kotorankotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2.       “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3.      “Anodizing”
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4.       “Metal Cleaning”
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive radiator, boiler, “railroad cars” dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5.       “Textiles”
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6.       “Dyeing”
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4 kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1 jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan (zat kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630 – 631, 1945 ).

Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang berbeda, yaitu:
1)      Sintesis dari Natrium Formiat
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai adalah gas CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam oksalat meliputi:
·      Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
·      Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki komponen utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya. Kokas + udara panas CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas. Selanjutnya gas batubara (CO dan N2) dimurnikan, dikeringkan dan dikempa
·      Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi natrium formiat. (HCOONa).NaOH + CO HCOONa
·      Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut : 2 HCOONa (COONa)2 + H2
·      Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat (Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut (COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4 Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.
·      Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam oksalat H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut. PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
·      Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan kristal asam oksalat.
2)      Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Jamur yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.
3)      Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, potass serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 – 285°C. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium. Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 →CaC2O4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 →CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk sebesar 60 %.
4)       Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan pada proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi : (C6H10O5)n + n H2O › n C6H12O6 Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung } 50 % H2C2O4 dan kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O →12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan mengandung pati } 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu.
Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :
a)      Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
b)      Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
Titik leleh : 187oC.
Densitas : 1.897 g / cm3.
Panas pembakaran (ΔE) pada 25oC : 245,61 kJ/mol.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25oC : 826,61 kJ/mol.
Berat molekul : 90.04 g/mol.
Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol. Asam oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat.
Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
c)      Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Berbentuk kristal, berwarna putih.
d)     Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
Titik leleh :101,5°C.
Densitas : 1,653 g / cm3.
Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18°C : -1422 kJ/mol.
Berat molekul : 126,07 g/mol.
Cp pada suhu 50°C adalah 0.385.
Cp pada suhu 100°C adalah 0.416.

Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam oksalat dan kabutnya dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang lama. Personel yang menangani asam oksalat kristal dan larutannya harus menggunakan sarung tangan plastik, aprons, sepatu boot, dan kacamata debu. Ventilasi yang cukup juga harus disediakan dalam area dimana terdapat debu asap dari asam oksalat. NIOSH diakui sebagai alat pernapasan yang dapat dipakai ketika konsentrasi dari asam oksalat di udara melebihi konsentrasi udara yang diijinkan dari 1mg/m3. Ingestion dari asam oksalat dan garam – garamnya dapat menyebabkan kematian. Jika Ingestion telah terjadi, cairan larutan dari bahan kalsium atau magnesium seperti susu dari magnesia, kalsium laktat, kalsium gluconat, dan susu harus diatur (29-30). Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah kontaminasi pada makanan karena asam oksalat. Makanan tidak dibolehkan ada dalam ruang kerja asam oksalat, atau asam oksalat juga tidak boleh dikirimkan adjaoent pada makanan yang mengandung zat kimia. Para pekerja yang menangani asam oksalat harus mencuci tangan dan wajah mereka secara keseluruhan sebelum makan dan merokok.
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam. Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan (Noonan dan Savage, 1999).
Menurut Noonan dan Savage (1999), asam oksalat membentuk garam larut air bersama ion Na+, K+, dan NH4+ serta berikatan pula dengan Ca2+, Fe2+, dan Mg2+ menyumbangkan mineral-mineral yang tidak tersedia pada hewan. Oksalat terdapat dalam bentuk ion oksalat (C2O42-) pada beberapa spesies tumbuhan dari famili Goosefoot dengan cairan sel mendekati pH 6. Ion oksalat yang ditemukan biasanya dalam bentuk natrium oksalat yang dapat larut serta kalsium oksalat dan magnesium oksalat yang tidak dapat larut. Oksalat dapat ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil pada banyak tumbuhan. Bahan pangan yang kaya dengan oksalat biasanya hanya merupakan komponen minor dalam diet manusia, tetapi menjadi penting dalam diet di beberapa wilayah di dunia.  Peran oksalat pada tumbuhan antara lain sebagai perlindungan terhadap insekta dan hewan pemakan tumbuhan melalui toksisitas dan/atau rasa yang tidak menyenangkan, dan osmoregulasi (Ma dan Miyasaka, 1998). 
Kalsium oksalat adalah persenyawaan garam antara ion kalsium dan ion oksalat. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kristal padat non volatil, bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam asam kuat (Schumm, 1978). Secara umum terdapat lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat yang terdapat dalam berbagai tanaman, diantaranya berbentuk raphide (jarum), rectangular dan bentuk pinsil, druse (bulat), prisma, dan rhomboid (Horner dan Wagner, 1995).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembuatan asam oksalat :
1)      konsentrasi pelarut
2)      suhu
3)      waktu reaksi
4)      volume pelarut













BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1  ALAT
Adapun alat yang digunakan:
1)      gelas beker
2)      spatula
3)      cawan petri
4)      Erlenmeyer
5)      gelas ukur 50 ml , 10 ml
6)      hot plate
7)      pipet volume
8)      pendingin es
9)      neraca analitik
10)  kertas saring

2.2    BAHAN
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1)      gula pasir
2)      HNO3 pekat
3)      aquades

2.3    Prosedur Kerja
1)      Dimasukkan 10 g gula pasir ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml HNO3 pekat
2)      Dipanaskan diatas penangas air secara perlahan-lahan sampai mendidih
3)      Bila sudah timbul uap coklat NO2, angkat labu datar tadi, pindahkan untuk melanjutkan reaksi tanpa pemanasan, biarkan selama 15 menit
4)      Dituangkan hasil reaksi tadi ke dalam gelas piala berukuran 100 ml, erlenmeyar dicuci dengan 10 ml aquades dingin dan hasil cucian dimasukan kedalam gelas piala lagi, tambahkan 10 ml HNO3 Pekat
5)      Diuapkan diatas penangas air sampai volume cairan tinggal 10 ml
6)      Ditambahkan 20 ml aquades ke dalam larutan diatas, kemudian diuapkan lagi sampai volume tinggal 10 ml
7)      Didinginkan larutan dalam air es sambil diaduk, Kristal asam oksalat segera terbentuk
8)      Disaring Kristal asam oksalat yang terbentuk, kemudian rekristalisasi asam oksalat yang didapatkan dengan melarutkannya dalam air panas lalu didinginkan
9)      Disaring, keringkan dan periksa titik lelehnya, titik leleh asam oksalat murni 101oC




















BAB III
                                                    PEMBAHASAN       

3.1 HASIL PENGAMATAN
NO
PROSEDUR KERJA
HASIL PENGAMATAN
1
10 g gula pasir + 50 ml HNO3
berwarna bening , ada asap sedikit dari HNO3
2
dipanaskan sampai mendidih
adanya uap NO2 , berwarna coklat tua
3
didinginkan
t = 15 menit
4
hasil reaksi dituangkan ke gelas beker 100 ml. Erlenmeyer dicuci dengan 10 ml aquades dan dimasukkan kedalam gelas beker larutan + 10 ml HNO3 pekat , dipanaskan sampai volume 10 ml
berwarna hijau lebih muda
volume larutan = 66 ml
masih adanya uap NO2 coklat
adanya gelembung , warna kembali menjadi kuning

5
larutan + 20 mL aquades , diuapkan sampai 10 ml
larutan berwarna bening , uap NO2 habis , uapnya berwarna putih
6
larutan didinginkan sambil diaduk
terbentuk Kristal putih mengkilat
7
disaring Kristal asam oksalat ,kemudian direkristalisasi dalam air panas lalu didinginkan.
terbentuk Kristal putih
8
disaring lagi , dikeringkan dan diperiksa titik lelehnya
Kristal berbentuk jarum panjang
massa kertas saring = 1,8 g
massa Kristal + k.saring = 3,4 g
massa Kristal = ( m.kristal + k.saring) – (massa kertas saring )
massa Kristal = 3,4 g – 1,8 g
                      = 1,6 g
titik leleh 103°C



3.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sintesis asam oksalat. Asam oksalat yang terbentuk pada percobaan ini merupakan campuran dari gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3). Reaksi pembentukkan asam oksalat ini merupakan reaksi oksidasi antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3).
Campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat akan menyebabkan larutan menjadi berwarna coklat tua. Larutan yang telah berisi campuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3) yang menghasilkan larutan berwarna coklat tua diberikan perlakuan yaitu berupa pemanasan hingga mendidih. Pemanasan hingga mendidih larutan tersebut akan menyebabkan terbentuknya atau timbulnya uap yang berwarna coklat yang merupakan gas NO2 (nitro). Uap atau gas NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses pencampuran antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki toksisitas serta bersifat karsinogenik apabila terhirup oleh saluran pernafasan. Oleh sebab itu, proses berlangsungnya reaksi ini harusnya dilakukan di dalam lemari asam. Hal ini dimaksudkan agar uap atau gas NO2 (nitro) yang terbentuk dapat diserap oleh lemari asam sehingga uap atau gas NO2 tersebut tidak menyebar luas ketempat yang lain.
Ketika uap atau gas NO2 tersebut sudah mulai terbentuk, reaksi ini didinginkan selama 15 menit dan berwarna kuning pekat. pada 13 menit , larutan berubah warna menjadi warna hijau muda.
Larutan yang terbentuk tersebut diberikan penambahan berupa aquadest dingin dengan asam nitrat (HNO3) pekat.
setelah larutan agak dingin , larutan tersebut dipindahkan ke gelas beker dan sisa larutan yang ada pada Erlenmeyer dibilas dengan 10 ml aquades , sisa larutan ini dipindahkan ke gelas beker awal tadi.
larutan ini ditambah lagi dengan 10 ml HNO3 pekat , dan dipanaskan sampai sisa volume 10 ml. setelah sampai 10 ml ditambahkan lagi 20 ml aquades dan dipanaskan sampai volume 10 ml.
Penambahan aquadest serta diuapkannya volume cairan tersebut akan menyebabkan berubahnya warna menjadi bening dan uap NO2 habis. larutan tersebut didinginkan di kotak es batu.
Perlakuan yang diberikan berupa pendinginan tersebut bertujuan agar kristal asam oksalat segera terbentuk. Kristal asam oksalat yang terbentuk terlihat ketika cairan larutan tersebut telah membeku dan berubah menjadi es seperti jelly. Dalam keadaan cairan larutan yang telah membeku menjadi es tersebut terlihat jelas pemisahan antara asam oksalat dengan filtratnya. Kristal asam oksalat yang telah terbentuk tersebut direkristalisasi dengan menggunakan aquadest panas sehingga kristal asam oksalat menjadi larut dan untuk memperoleh kristal asam oksalat yang jauh lebih murni. Kristal asam oksalat yang terbentuk yaitu berwarna putih dan berbentuk jarum panjang dan massa assam oksalat yang didapat adalah 1,6 g,  serta titik leleh asam oksalat yang diukur dengan menggunakan termometer pada sintesis ini diperoleh yaitu sebesar 103°C.
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri darifruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa asam oksalat.
Kristal asam oksalat yang diperoleh berdasarkan teoritis maupun secara praktikum menghasilkan massa kristal yang sangat jauh berbeda. Massa kristal asam oksalat yang diperoleh secara teorits atau literatur yaitu sebesar 16,1184 gram sedangkan massa kristal asam oksalat yang diperoleh secara praktikum yaitu sebesar 1,6 gram. Perbedaan massa yang diperoleh baik secara teoritis maupun secara praktikum yang diperoleh disebabkan karena ketidaktelitian pada saat praktikum tersebut berlangsung. Ketidaktelitian yang mengakibatkan massa yang dihasilkan berbeda satu sama lain yaitu dikarenakan pada saat proses penyaringan kristal asam oksalat berlangsung banyaknya endapan yang tidak tersaring secara baik atau tercampurnya endapan tersebut dengan filtrat sehingga akan mempengaruhi massa dari asam oksalat yang diperoleh. Selain itu, ketidakakuratan alat yang dipergunakan akan mempengaruhi proses penimbangan dan massa yang diperoleh.
Bahan – bahan yang dipergunakan pada percobaan sintesis asam oksalat ini bersifat teknis dan bukan merupakan pro-analisa (pa) sehingga akan sangat jauh berbeda massa asam oksalat yang diperoleh apabila menggunakan bahan yang bersifat pro-analisa (pa) dengan yang menggunalkan teknis.
Reaksi yang terjadi antara gula pasir ( sukrosa ) dan HNO3 pekat yaitu :
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pembentukan kristal asam oksalat menggunakan reaksi oksidasi antara sukrosa (gula pasir) dengan asam nitrat (HNO3).
2.      Massa kristal asam oksalat yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 1,6 gram.
3.      Warna kristal yang terbentuk berwarna putih dan berbentuk jarum panjang.

4.2 SARAN
1.      Untuk percobaan sintesis asam okasalat ini sebaiknya dilakukan di dalam lemari asam dikareanakan bahan-bahan yang digunakan pada sistesis asam oksalat ini berbahaya dan juga pada sintesis asam oksalat ini menghasilkan gas NO2 (nitro) yang bersifat karsinogenik.
2.      Untuk mendapatkan hasil rendemen yang banyak dan kristal yang berkualitas sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang pro-analisa (pa).
3.      Untuk memperoleh kristal asam oksalat sebaiknya suhu pada saat mensintesis asam oksalat ini harus dijaga dalam suasana dingin.
4.      Untuk memperoleh hasil kristal yang lebih murni sebaiknya dilakukan rekristalisasi lebih lanjut.







DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Nurbayti, Siti dan Zulfakar Tri Buana Said. 2010. Penuntun Praktikum Kimia
Organik II. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
RRQSO4NIKA diakses 09 desember 2013
diakses 09 desember 2013














LAMPIRAN
PERHITUNGAN

Diketahui        : massa kertas saring = 1,8 g
                          massa oksalat + k.saring = 3,4 g
Ditanya           : massa asam oksalat ?
                         massa asam oksalat dalam 1 g gula ?
                         kadar asam oksalat dalam 1 Kg gula ?
Jawab
massa asam oksalat     = (massa k.saring+massa as.oksalat) – ( massa k.saring )
                                    = 3,4 g – 1,8 g
                                    = 1,6 g

massa as.oksalat dalam 1 g gula
massa as.oksalat dalam 1 g =  0,16 g

kadar as.oksalat dalam 1 Kg gula
massa as.oksalat dalam 1 Kg =   x 1000 g
                                                = 160 g
kadar as.oksalat dalam 1 Kg   =
                                                = 16 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar