BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Di
lingkungan kita banyak sekali penerapan ilmu-ilmu kimia salah satunya adalah
penggunaan ”KOLOID” dalam kehidupan sehari – hari , jadi kita atau khusunya
seorang siswa sebaiknya mengerti apa itu sebenarnya koloid , sifat – sifatnya
serta kegunaanya karena itu sangat berguna serta memang menjadi salah satu
materi kimia yang harus dikuasai.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Apa itu koloid ?Apa saja jenis – jenis koloid ?
Apa saja sifat – sifat dari koloid ?
Bagaimana cara pembuatan koloid ?
Dimana saja koloid itu dipergunakan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a.
Agar
para pembaca mengetahui apa itu koloid beserta jenis-jenisnya
b.
Agar
para pembaca mengetahui sifat – sifat dari koloid .
c.
Agar
para pembaca mengetahui cara-cara pembuatan koloid.
d.
Agar
para pembaca mengetahui cara penggunaan koloid .
1.4 MANFAAT PENULISAN
Tujuan
penulisan karya ilmiah ini, selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
kimia, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi saya sendiri, dan para
pembaca khusunya siswa agar lebih mengerti tentang materi kimia khususnya
materi “KOLOID” .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KOLOID
Ada kehidupan sehari-hari ini,
sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat,
tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat
ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata
dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran
zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid
atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan
fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7
sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan
atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang
mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang
sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari
molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
2.2
JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid
dimana fase terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium
pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di
dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna,
dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam
medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah
liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol
Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam
medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran, dll
b. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid
dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium
pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam
medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat
membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu
juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di
dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair
yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan
zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya
seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting
ialah:
a. Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak
akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengelmusi.
b. Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan
penambahan sejumlah medium pendispersinya.
c. Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium
pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan
sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung
membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut
sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya,
gel dapat dibagi menjadi:
1) Gel elastic
Gel yang bersifat elastis, yaitu
dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya
ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2) Gel non-elastis
Contoh adalah gel silica.
d. Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase
terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih
dapat dibagi menjadi:
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid
dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair. Biasanya fase
terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya
zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat
gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih
yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair ialah:
a. Struktur buih cair berubah dengan
waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan
zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran
gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.
b. Struktur buih cair dapat berubah
jika diberi gaya dari luar
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid
dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih
padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih padat yang kita
kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll. Sebagai catatan, tidak terdapat
buih gas, dimana medium pendispersi dan fase terdispersi sama-sama berupa gas.
Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.
2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID
A. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
B. Gerak Brown
Jika
kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan
berikut:
Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
C. Adsorbsi
Beberapa
partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau
ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus
dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah
permukaan).
Contoh :
(i)
Koloid
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii)
Koloid
As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion
S2.
D. Koagulasi
Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
E. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid
ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
1.
Koloid
Liofil: sistem
koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium
pendispersinya. Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
2.
Koloid
Liofob : sistem
koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium
pendispersinya. Contoh: sol belerang, sol emas.
F. Dialisis
Dialisis
ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah
G.
Elektroforesis
Elektroferesis
ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
2.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Jika kita atau sebuah industri akan
memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan
(partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan
pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan
koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi
ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Contoh
·
Pembuatan
sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO2
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2
O (l) + 3 S (s) (sol belerang)
·
Pembuatan
sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin
(HCHO).Persamaan reaksinya: 2AuCl3(aq)+ 3HCHO (aq) + 3H2O
(l) → 2Au(s) + 6HCl(aq)+ 3 HCOOH(aq)(sol emas)
b) Reaksi Hidrolisis
Contoh
·
pembuatan
sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah:
mengunakan air mendidih. FeCl3 (aq) + 3 H 2 O (l) →
Fe(OH)3 (s) + 3 HCl ( aq) (sol Fe(OH) 3)
c) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
·
Pembuatan
sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2
S dan asam arsenit (H3AsO 3 ) yang encer.
·
Persamaan
reaksinya: 2 H3AsO 3 (aq) + 3H2S (g) → As2S3
(s) + 6H2O (l) (sol As 2S3 )
·
Pembuatan
sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer. Persamaan reaksinya:
AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq) Sol AgCl
d) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari
larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya: S (aq)
+ alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel
koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi:
cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
a) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses
pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta
dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel
yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam
medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
b) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan
koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel
besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan
enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan
gas asam sulfida.
c) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan
(logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan
tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi
dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air;
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian
akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol
logam.
d) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara
busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig
menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan
energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
2.5 KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan
sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industry
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju,
mentega, susu, saus salad
|
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan,
pensilin untuk suntikan
|
Berikut ini
adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1.
Pemutihan
Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.
Penggumpalan
Darah
Darah mengandung sejumlah koloid
protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat
diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein
bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Penjernihan
Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini
mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel
lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak
untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut
dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas
yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
· Partikel koloid dapat menghamburkan
cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari
samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
· Jika diamati dengan mikroskop ultra
ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang
disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara
molekul medium dengan partikel koloid.
· Koloid dapat mengadsorpsi ion atau
zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif
besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
· Adsorpsi ion-ion oleh partikel
koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid
menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi
stabil (tidak mengalami sedimentasi).
· Muatan partikel koloid dapat
ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik.
· Penggumpalan partikel koloid disebut
koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada
penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan
koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
· Campuran koloid dapat dipisahkan
dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya melalui dialisis.
· Koloid yang medium dispersinya
berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob
interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
· Banyak sekali produk industri dalam
bentuk koloid, terutama karena dengan bentuk koloid, maka zat-zat yang tidak
saling melarutkan dapat disajikan homogen secara makroskopis.
· Pengolahan air bersih memanfaatkan
sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi. Pada pengolahan air bersih
digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin) dan kapur.
· Koloid dapat dibuat dengan cara
dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian
didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat
dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga
menjadi partikel koloid.
· Sabun dan detergen bekerja sebagai
bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
· Asbut adalah suatu bentuk pencemaran
yang merupakan sistem koloid.
3.2.
SARAN
Koloid banyak berperan dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang tidak kita ketahui dari
fenomena-fenomena yang terjadi yang menunjukkan bahwa sebagian fenomena
tersebut termasuk koloid. Maka dari itu , sangatlah bagus bila kawan-kawan
semua membaca makalah ini dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar