Senin, 08 Mei 2017

EKSTRAKSI KAFEIN DARI TEH



BAB I
PERCOBAAN I
EKSTRAKSI KAFEIN DARI TEH

I.         PENDAHULUAN
1.1  TUJUAN
1.      Mendapatkan Kafein dari Teh dengan Menggunakan Pelarut air dan Kloroform
2.      Menentukan Berat Kafein dari Teh

II.      DASAR TEORI
1.      Teh
Teh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umum menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Di samping itu, ada banyak zat yang memiliki banyak manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Teh juga dapat digunakan sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tanin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Maka, tidak heran bila minuman ini disebut-sebut sebagai minuman kaya manfaat. (chem-is-try.org).
Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki seperti insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernapasan meningkat, tremor otot, dan diuresis (Misra, 2008).
Kematian akibat mengkonsumsi kafein secara berlebihan jarang terjadi, tetapi hanya ada pada beberapa kasus. Batas maksimal konsumsi kafein pada manusia adalah 10 gram per orang dan jika melebihi batas ini akan menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus yang ditemukan, dengan hanya mengkonsumsi 6,5 gram kafein saja sudah dapat menyebabkan kematian. Namun, ada juga orang yang tetap hidup walaupun mengkonsumsi kafein sebanyak 24 gram (Nawrot, 2001).

2.      Kandungan bahan aktif dalam teh
a.      Polyphenols
Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols, termasuk di dalamnya flavonoid. Flavonoid merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alamiah ada pada sayur-sayuran, buah-buahan, dan minuman seperti teh dan anggur. Pada tanaman, flavonoids memberikan perlindungan terhadap adanya stress lingkungan, sinar ultra violet, serangga, jamur, virus, dan bakteri, di samping sebagai pengendali hormon dan enzyme inhibitor. Subkelas dari polyphenols meliputi flavones , flavonols , flavanones , catechins , antocyanidin , dan isoflavones. Catechin dan phenolic acid umumnya ditemukan di dalam teh. Cathecin yang terdapat dalam teh berupa epi-catechin (EC), epigallo-catechin (EGC), epicatechin gallate (ECG), epigallo-catechin gallate (EGCG), dan phenolic acid berupa gallic acid (GA).
Teh juga mengandung kafein (CA), suatu alkaloid yang juga terkandung dalam beberapa jenis minuman lain seperti kopi (Zou et al., 2001). Kandungan bahan aktif dalam berbagai jenis teh dapat dilihat pada tabel 2.1. Pada teh hijau, catechins merupakan komponen utama, sedangkan pada teh hitam dan teh oolong, catechins diubah menjadi theaflavin dan thearubigins. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam teh hitam, theaflavin merupakan senyawa yang mendapatkan perhatian lebih karena fungsinya sebagai antioksidan, antipatogen, dan antikanker (Das et al, 2008).
b.      Vitamin
Kandungan vitamin dalam teh dapat dikatakan kecil karena selama proses pembuatannya teh telah mengalami oksidasi sehingga menghilangkan vitamin C. Kandungan vitamin C pada teh sekitar 100-250 mg, tetapi ini hanya terdapat pada teh hijau yang proses pembuatannya relatif sederhana. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan tetapi, vitamin K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g) sehingga bisa menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut. Vitamin K sangat penting dalam proses pembekuan darah, dan menurut penelitian lain turut pula berperan dalam proses pembentukan tulang. Oleh karena itu, kebutuhan intake vitamin K sebagian dapat terpenuhi dengan minum teh (Pambudi, 2006).
c.       Mineral
Ternyata teh cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro yang banyak berperan dalam fungsi pembentukan enzim di dalam tubuh sebagai enzim antioksidan dan lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teh merupakan sumber mineral yang menyehatkan. (Pambudi, 2006)

3.      Manfaat teh terhadap kesehatan
a.      Menurunkan risiko penyakit kanker
Berbagai hasil studi menunjukkan konsumsi teh berperan dalam menurunkan risiko penyakit kanker. Teh dapat berperan sebagai agen anti kanker dengan membunuh sel tumor atau juga bisa berperan sebagai minuman penolong yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang mungkin telah berkurang akibat terkena kanker (Das et al., 2008).
b.      Menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular antara lain terkait dengan kadar lipida darah, tekanan darah, faktor homestatik, oksidatif stress, dan lain-lain. Beberapa studi menunjukkan bahwa teh memiliki khasiat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah. Mekanisme pencegahan teh terhadap penyakit kardiovaskular terdapat pada kemampuannya menghambat penyerapan kolesterol dan menghambat penggumpalan sel-sel platelet sehingga mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Polyphenol teh (catechin dan theaflavin) juga merupakan antioksidan kuat yang mampu melindungi oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas. Teroksidasinya kolesterol tersebut diduga berperan penting dalam proses atherogenesis yaitu proses awal pembentukan plaque pada dinding arteri (Pambudi, 2006).
c.       Menurunkan berat badan
Studi terbaru yang dilakukan terhadap potensi teh adalah peranannya membantu menurunkan berat badan seperti dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition, 1999 . Penelitian tersebut dilakukan oleh Institute of Physiology , University of Fribourg , Switzerland , yang melibatkan 10 orang sebagai sampel. (Pambudi, 2006).
d.      Mencegah osteoporosis
Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan salah satu masalah yang dihadapi wanita pascamenopause manakala telah terhentinya produksi hormon estrogen pemicu pertumbuhan tulang. Osteoporosis menyebabkan massa tulang menyusut dan mudah patah. Studi terbaru yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa kebiasaan minum teh secara teratur dapat mempertahankan keutuhan tulang dan mencegah terjadinya osteoporosis. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition edisi April 2000 dengan melibatkan jumlah sampel wanita berusia 65 hingga 76 tahun sebanyak 1.200 orang di Cambridge, Inggris. Kesimpulan yang diambil adalah wanita yang mengkonsumsi teh ternyata memiliki ukuran kerapatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum teh secara bermakna. Senyawa aktif yang terkandung di dalam teh berperan menyerupai hormon esterogen lemah yang membantu melindungi tulang terhadap osteoporosis. Dalam teh juga mengandung kalsium. Kalsium merupakan mineral penting dalam proses pembentukan tulang. Mineral ini diduga turut berperan dalam memperbaiki tulang para konsumen teh (Pambudi, 2006).

4.      Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).
Sifat fisik kafein
Rumus molekul : C8H10N4O2
Nama lain : 1,3,5-trimethylxanthinetrimethylxanthine , theine, methyltheobromine
Wujud : bubuk putih tidak berbau
Berat molekul : 194.19 g/mol
Densitas : 1.23 g/cm3, solid
Titik leleh : 227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate)
Titik didih : 178 °C subl.
Kelarutan dalam air : 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C)
Keasaman : -0,13 – 1,22 pKa
Momen dipole : 3.64 D (Mumin et al., 2006)
Sifat kimia kafein
Kafein termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%).

Penggunaan kafein
Seperti telah dijelaskan di atas, kafein digunakan sebagai stimulan sentral dan biasanya tersedia dalam campuran. Kandungan kafein dalam berbagai produk dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.
5.      Ekstraksi langsung
Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase lainnya. Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup besar: pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik, karena entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode ekstraksi dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika perpindahan massa tidak dapat diabaikan. Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan (distilasi dapat dilakukan jika relative volatility campuran lebih besar dari 1,2) atau terlalu mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
1.      Penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui proses difusi.
2.      Solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak.
3.      Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
(Wilson, et al., 2000) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya:
Suhu
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.

Faktor solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein Solven harus memenuhi criteria sebagai berikut :
 Daya larut terhadap solute cukup besar
 Dapat diregenerasi
 Memiliki koefisien distribusi solute yang tinggi
 Dapat memuat solute dalam jumlah yang besar
 Sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan diluen
 Memiliki kecocokan dengan solute yang akan diekstraksi
 Viskositas rendah
 Antara solven dengan diluen harus mempunyai perbedaan densitas yang cukup besar
 Memiliki tegangan antarmuka yang cukup
 Dapat mengurangi potensi terbentuknya fase ketiga
 Tidak korosif
 Tidak mudah terbakar
 Tidak beracun
 Tidak berbahaya bagi lingkungan
 Murah dan mudah didapat

6.      Proses CO2
Secara teknis, proses ini dikenal sebagai ekstraksi fluida superkritis. Ekstraksi dilakukan menggunakan karbon dioksida superkritis pada tekanan 73 – 300 atm selama 10 jam. Setelah itu, tekanan diturunkan untuk menguapkan CO2, atau CO2 superkritis tersebut dialirkan ke air atau filter arang untuk menghilangkan kafein. Proses ini memiliki keunggulan yaitu dapat menghindari penggunaan solven yang berbahaya. (en.wikipedia.org)



BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1.  ALAT
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini :
1)      Gelas beker 300 ml 2 buah
2)      Gelas ukur 100 ml, 10 ml , 1 buah
3)      Neraca analitik
4)      Hot plate
5)      Corong besar 2 buah
6)      Desikator
7)      Corong pisah 1 buah
8)      Oven
9)      Alat penggerus lengkap
10)  Cawan petri 2 buah
11)  Penjepit
12)  Erlenmeyer 2 buah
13)  Spatula 2 buah
14)  Botol semprot
15)  Pipet volume 10 ml 1 buah

2.2.  BAHAN
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini :
1)      Teh sari wangi
2)      Teh bandulan
3)      Aquades
4)      Kloroform
5)      Natrium Hidroksida
6)      Kertas saring
2.3.  PROSEDUR KERJA
A)    Ekstraksi Kafein dari Teh Sari Wangi
1)      Ditimbang 7,5 gram teh sari wangi yang sudah halus
2)      Dimasukkan teh ke dalam gelas bekker. Menambahkan 75 mL akuades
3)      Ditambahkan 5 gram Ca(OH)2, kemudian mendidihkannya.
4)      Disaring larutan dengan kertas saring. Memisahkan filtrat dari endapannya.
5)      Dipanaskan sampai filtratnya 1/3 volume. Mendinginkan filtrat sampai suhu kamar.
6)      Dimasukkan larutan ke dalam separator funnel dan menambahkan 35 mL kloroform, kemudian dikocok.
7)      Dipisahkan larutan atas dan bawah pada separator funnel, larutan bawah dimasukkan  ke dalam gelas bekker dan mengepavorasi sampai kering.
8)      Ditimbang crude kafein.

B)    Ekstraksi Kafein dari Teh Bandulan
1)      Ditimbang 7,5 gram teh bandulan yang sudah halus
2)      Dilakukan prosedur kerja A dari langkah no 2 – 8.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1  HASIL PENGAMATAN
No
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
A

1

2


3
4


5

6


7



8


9
10
Ekstraksi kafein dari teh sari wangi
Ditimbang teh sari wangi yang sudah halus
Dimasukkan teh ke dalam gelas bekker + 75 mL akuades
Ditimbang Ca(OH)2
Teh kering + 75 aquades+ 5 gram Ca(OH)2, kemudian mendidihkannya.
Disaring larutan dengan kertas saring.
Dipanaskan sampai filtratnya 1/3 volume. Didinginkan filtrat sampai suhu kamar.
Larutan dimasukkan ke dalam separator funnel + 35 mL kloroform, dan dikocoknya.

Dipisahkan larutan tesebut, larutan bawah diambil

Ditimbang Erlenmeyer
Diuapkan sampai kering


Massa = 7,5 g

Larutan berwarna coklat pekat


Massa = 5 g
Larutan berwarna coklat kehijauan
Terdapat gelembung

Filtrate berwarna kuning kecoklatan

Volume awal = 49 ml
Volume 1/3 = 16,3 ml

Terdapat 2 fasa
Fasa di atas larutan filtrate dan dibawab kloroform dan air.

Diperoleh larutan bawah yaitu kloroform dan air

Massa Erlenmeyer = 53 g
Massa Erlenmeyer + kafein = 53,49 g
Massa kafein = 0,49 g
B


Ekstraksi kafein dari teh bandulan
Daun teh dihaluskan
Lakukan langkah 2-10 pada prosedur A

















Massa teh = 7,5 g
Larutan berwarna coklat pekat
Massa Ca(OH)2 = 5 g
Larutan berwarna coklat hitam kehijauan
Filtrate berwarna kuning coklat pekat

Volume awal = 45ml
Volume 1/3 = 15 ml

Terdapat 2 fasa
Fasa di atas larutan filtrat dan dibawah kloroform dan air.

Diperoleh larutan bawah yaitu kloroform dan air
Massa Erlenmeyer = 53 g
Massa Erlenmeyer + kafein = 58,0735 g
Massa kafein = 5,735 g
C
Kopi dari kelompok 6
Massa Erlenmeyer = 54 g
Massa Erlenmeyer + kafein = 54,4 g
Massa kafein = 0,4 g


3.2  PEMBAHASAN
PERBANDINGAN TEH DAN KOPI
SAMPEL
BERAT KAFEIN
Teh Sari Wangi
0,49 g dari 7,5 g teh
Teh Bandulan
5,735 g dari 7,5 g teh
Kopi Kapal Api
0,4 g dari 7,5 g kopi ( data dari kelompok 6 )

Ekstraksi kafein dari daun teh bertujuan untuk mengetahui pengaruh air dan kloroform sebagai pelarut terhadap kafein dalam teh dan mengetahui kadar kafein dalam teh. Dalam ekstraksi kafein dari daun teh digunakan natrium hidroksida yang berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam teh kering secara keseluruhan. Salah satu dari bahan tersebut adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik. Hal ini mengakibatkan kafein keluar dari teh dan ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lain seperti pigmen flavanoid dan klorofil yang tidak larut dalam Ca(OH)2 dapat larut dalam air. Pada saat teh dan Ca(OH)2 tercampur dalam satu wadah, kedua zat tersebut tidak menyatu, hal ini dikarenakan Ca(OH)2 adalah senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik.
Pada percobaan ini pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi pemisahan antara kafein dengan daun teh. Pemanasan ini juga mengakibatkan terurainya Ca(OH)2 menjadi kapur tohor dan gas karbon dioksida. Penyaringan juga dilakukan untuk memisahkan filtrat kafein yang telah dipisahkan dari padatannya. Filtrat kafein yang telah dipisahkan dari padatannya harus dipanaskan lagi. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan kandungan air dalam filtrat, sehingga konsentrasi kafein semakin pekat dan kandungan-kandungan lainnya menghilang. Pada saat pemanasan, kafein tidak ikut menguap karena titik didih kafein yang sangat tinggi. Pemanasan menyisakan larutan hingga 1/3 volumenya. Sisa larutan inilah yang dimasukkan ke dalam separator funnel. Menuang larutan ke dalam separator funnel saat larutan berada pada suhu kamar, karena jika terlalu dingin larutan akan mengendap yang disebabkan oleh berat molekul kafein yang besar dan tekanannya yang juga besar.
Penambahan kloroform dalam separator funnel bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein dapat terikat oleh kloroform karena kloroform berupa zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar juga yaitu kloroform. Larutan dan kloroform dalam separator funnel dikocok agar kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan keduanya dapat tercampur sempurna.
Larutan dalam separator funnel yang telah dikocok, terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan atas filtrat, lapisan bawah kloroform yang mengandung air. Larutan yang terbagi menjadi dua lapisan dikarenakan adanya perbedaan massa jenis. Massa jenis yang paling kecil adalah larutan yang berada di lapisan atas, dimana larutan tersebut adalah zat-zat sisa. Larutan kafein adalah larutan dengan massa jenis terbesar. larutan kafein dikeluarkan ke dalam gelas bekker agar kafein terpisah dari zat lainnya. Sedangkan pada lapisan atas ditambahkan kloroform lagi agar kafein yang tertinggal dapat terpisah secara sempurna.
Lapisan bawah tersebut dievaporasikan hingga kering. Tujuan evaporasi untuk menguapkan kloroform yang masih terdapat pada kafein. Kloroform dapat menguap saat dievaporasi karena sifat kloroform mudah menguap.
Jika dibandingkan dengan perbedaan ekstraksi kafein dari kopi , sampel adalah kopi kapal api yang dilakukan kelompok 6 , didapatkan kadar kafein dalam kopi tersebut hampir sama dengan teh  yaitu sebesar 0,4 gram. Hal ini kembali lagi pada factor-faktor di atas yang menyebabkan terjadinya perbedaan ini. Hal ini sesuai dengan teoritis , bahwa kafein pada kopi lebih sedit dibandingkan dengan teh.
Batas maksimal mengkonsumsi kafein pada manusia adalah 10 gram per orang. Jika melebihi batas ini akan menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus , dengan hanya mengkonsumsi 6,5 gram kafein saja sudah dapat menyebabkan kematian , namun ada juga orang yang mengkonsumsi kafein 24 g , masih tetap hidup.(Nawrot,2001)
Health Canada memberikan rekomendasi batas maksimum konsumsi kafein sebagai berikut :
·         45 mg perhari bagi anak usia 4-6 tahun
·         62,5 mg perhari bagi anak usia 7-9 tahun
·         85 mg perhari bagi anak usia 10-12 tahun
·         300 mg perhari bagi wanita yang berencana hamil , wanita hamil dan menyusui
·         400 mg perhari bagi orang dewasa sehat


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.  KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah :
1.      Cara mendapatkan kafein dari teh atau kopi yaitu dengan metode ekstraksi pelarut
2.      Pelarut yang digunakan adalah air dan kloroform
3.      Kafein yang terkandung dari 7,5 g teh sari wangi adalah 0,49 g
4.      Kafein yang terkandung dari 7,5 g teh bandulan adalah 5,735 g
5.      Kafein yang terkandung dari 7,5 g kopi adalah 0,4 g

4.2.   SARAN
Mengkonsumsi kafein harus sesuai dengan rekomendasi batas maksimum.















DAFTAR PUSTAKA
Anonim­1. 2003. Teh minuman penuh manfaat. http://chem-is-try.org/ diakses pada hari jumat , 07 November 2013
Anonim2. http://eprints.undip.ac.id/22787/2/555.pdf./ diakses pada hari jumat , 07 November 2013
Anonim3 . 2011. http://kimrani.blogspot.com/ diakses pada hari sabtu , 08 November 2013
Anonim4. 2012. http://wahyoe-analisiskimia-blogspot.com/ diakses pada hari sabtu , 08 November 2013
Das T, Gaurisankar Sa, Sreya Chattopadhyay and Baisakhi Saha. 2008. Black tea: The Future Panacea for Cancer. Al Ameen J. Med. S c i. 1: 70-83.
Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy : 47-51.
Mumin A, Kazi F A, Zainal A, Zakir H. 2006. Determination and Characterization of Caffeine in Tea, Coffee, and Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid Chromatography (SPE – HPLC). Malaysian Journal of Chemistry, 8: 45-51.
Nawrot, P., S. Jordan, J. Eastwood, J. Rotstein, A. Hugenholtz, and M. Feeley. 2001. Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminats. 20:1-30.
Pambudi, J. 2006. Potensi teh sebagai Sumber zat gizi dan perannya dalam kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Sianturi, G. 2001. Kafein dan Minuman Kesehatan. www.gizi.net
Sudjadi. 1988 . Metode pemisahan edisi pertama. Yogyakarta : Kanisius
Wilson I D, Michael C, Colin F P, Edward R A. 2000. Encyclopedia of Separation Science.Academic Press. 118-119
Zuo Y, Hao Chen, Yiwei Deng. 2001. Simultaneous Determination of Catechins, Caffeine, and Gallic Acids in Green, Oolong, Black, and Pu-erh Teas Using HPLC with a Photodiode Array Detector. Talanta, 57:307-316
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
·         Massa Kafein =
(massa Erlenmeyer + massa kafein ) – (massa Erlenmeyer kosong )
·         Massa kafein teh sari wangi =
= 53,49 g – 53 g
= 0,49 g

·         Massa kafein teh bandulan =
= 58,0735 g – 53 g
= 5,735 g

·         Massa kafein kopi =
= 54,4 g – 54 g
= 0,4 g

Tidak ada komentar:

Posting Komentar