BAB
I
PERCOBAAN
I
EKSTRAKSI
KAFEIN DARI TEH
I.
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
1. Mendapatkan
Kafein dari Teh dengan Menggunakan Pelarut air dan Kloroform
2. Menentukan
Berat Kafein dari Teh
II. DASAR
TEORI
1. Teh
Teh
merupakan
minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman
berwarna coklat ini umum menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum
serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Di samping itu,
ada banyak zat yang memiliki banyak manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan
tubuh. Teh juga dapat digunakan sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang
rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah
penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi
darah. Hal ini disebabkan karena teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat
seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metilxantin, tanin, vitamin C dan E,
catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Maka, tidak heran
bila minuman ini disebut-sebut sebagai minuman kaya manfaat. (chem-is-try.org).
Selain manfaat
teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk
tubuh. Zat itu adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat ini dapat
menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki seperti insomnia, gelisah,
merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernapasan meningkat, tremor
otot, dan diuresis (Misra, 2008).
Kematian akibat
mengkonsumsi kafein secara berlebihan jarang terjadi, tetapi hanya ada pada
beberapa kasus. Batas maksimal konsumsi kafein pada manusia adalah 10 gram per
orang dan jika melebihi batas ini akan menyebabkan kematian. Pada beberapa
kasus yang ditemukan, dengan hanya mengkonsumsi 6,5 gram kafein saja sudah
dapat menyebabkan kematian. Namun, ada juga orang yang tetap hidup walaupun
mengkonsumsi kafein sebanyak 24 gram (Nawrot, 2001).
2. Kandungan
bahan aktif dalam teh
a. Polyphenols
Teh sebagian besar mengandung
ikatan biokimia yang disebut polyphenols, termasuk di dalamnya flavonoid.
Flavonoid merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alamiah ada pada
sayur-sayuran, buah-buahan, dan minuman seperti teh dan anggur. Pada tanaman,
flavonoids memberikan perlindungan terhadap adanya stress lingkungan, sinar
ultra violet, serangga, jamur, virus, dan bakteri, di samping sebagai
pengendali hormon dan enzyme inhibitor. Subkelas dari polyphenols meliputi
flavones , flavonols , flavanones , catechins , antocyanidin , dan isoflavones.
Catechin dan phenolic acid umumnya ditemukan di dalam teh.
Cathecin yang terdapat dalam teh berupa epi-catechin (EC), epigallo-catechin
(EGC), epicatechin gallate (ECG), epigallo-catechin gallate (EGCG),
dan phenolic acid berupa gallic acid (GA).
Teh juga mengandung kafein (CA),
suatu alkaloid yang juga terkandung dalam beberapa jenis minuman lain seperti
kopi (Zou et al., 2001). Kandungan bahan aktif dalam berbagai jenis teh
dapat dilihat pada tabel 2.1. Pada teh hijau, catechins merupakan komponen
utama, sedangkan pada teh hitam dan teh oolong, catechins diubah menjadi
theaflavin dan thearubigins. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
teh hitam, theaflavin merupakan senyawa yang mendapatkan perhatian lebih karena
fungsinya sebagai antioksidan, antipatogen, dan antikanker (Das et al,
2008).
b. Vitamin
Kandungan vitamin dalam teh dapat
dikatakan kecil karena selama proses pembuatannya teh telah mengalami oksidasi
sehingga menghilangkan vitamin C. Kandungan vitamin C pada teh sekitar 100-250
mg, tetapi ini hanya terdapat pada teh hijau yang proses pembuatannya relatif
sederhana. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang selama
proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan tetapi, vitamin
K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g) sehingga bisa
menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut. Vitamin K sangat penting
dalam proses pembekuan darah, dan menurut penelitian lain turut pula berperan
dalam proses pembentukan tulang. Oleh karena itu, kebutuhan intake vitamin K
sebagian dapat terpenuhi dengan minum teh (Pambudi, 2006).
c. Mineral
Ternyata teh cukup banyak
mengandung mineral, baik makro maupun mikro yang banyak berperan dalam fungsi
pembentukan enzim di dalam tubuh sebagai enzim antioksidan dan lainnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa teh merupakan sumber mineral yang menyehatkan.
(Pambudi, 2006)
3.
Manfaat
teh terhadap kesehatan
a.
Menurunkan
risiko penyakit kanker
Berbagai hasil studi menunjukkan konsumsi teh berperan
dalam menurunkan risiko penyakit kanker. Teh dapat berperan sebagai agen anti kanker
dengan membunuh sel tumor atau juga bisa berperan sebagai minuman penolong yang
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang mungkin telah berkurang akibat
terkena kanker (Das et al., 2008).
b.
Menurunkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular antara lain terkait dengan
kadar lipida darah, tekanan darah, faktor homestatik, oksidatif stress, dan
lain-lain. Beberapa studi menunjukkan bahwa teh memiliki khasiat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol darah dan
tekanan darah. Mekanisme pencegahan teh terhadap penyakit kardiovaskular
terdapat pada kemampuannya menghambat penyerapan kolesterol dan menghambat
penggumpalan sel-sel platelet sehingga mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh
darah. Polyphenol teh (catechin dan theaflavin) juga merupakan antioksidan kuat
yang mampu melindungi oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas.
Teroksidasinya kolesterol tersebut diduga berperan penting dalam proses
atherogenesis yaitu proses awal pembentukan plaque pada dinding arteri
(Pambudi, 2006).
c.
Menurunkan
berat badan
Studi terbaru yang dilakukan terhadap potensi teh
adalah peranannya membantu menurunkan berat badan seperti dilaporkan dalam
American Journal of Clinical Nutrition, 1999 . Penelitian tersebut dilakukan
oleh Institute of Physiology , University of Fribourg , Switzerland , yang
melibatkan 10 orang sebagai sampel. (Pambudi, 2006).
d.
Mencegah
osteoporosis
Osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan salah
satu masalah yang dihadapi wanita pascamenopause manakala telah terhentinya
produksi hormon estrogen pemicu pertumbuhan tulang. Osteoporosis menyebabkan
massa tulang menyusut dan mudah patah. Studi terbaru yang dilakukan di Inggris
menunjukkan bahwa kebiasaan minum teh secara teratur dapat mempertahankan
keutuhan tulang dan mencegah terjadinya osteoporosis. Hasil penelitian tersebut
dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition edisi April 2000 dengan
melibatkan jumlah sampel wanita berusia 65 hingga 76 tahun sebanyak 1.200 orang
di Cambridge, Inggris. Kesimpulan yang diambil adalah wanita yang mengkonsumsi
teh ternyata memiliki ukuran kerapatan mineral tulang (Bone Mineral
Density/BMD) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum teh secara
bermakna. Senyawa aktif yang terkandung di dalam teh berperan menyerupai hormon
esterogen lemah yang membantu melindungi tulang terhadap osteoporosis. Dalam
teh juga mengandung kalsium. Kalsium merupakan mineral penting dalam proses
pembentukan tulang. Mineral ini diduga turut berperan dalam memperbaiki tulang
para konsumen teh (Pambudi, 2006).
4.
Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid
terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8
%), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara
komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara
sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada
berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).
Sifat fisik kafein
Rumus molekul : C8H10N4O2
Nama
lain : 1,3,5-trimethylxanthinetrimethylxanthine , theine, methyltheobromine
Wujud
: bubuk putih tidak berbau
Berat
molekul : 194.19 g/mol
Densitas
: 1.23 g/cm3, solid
Titik
leleh : 227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate)
Titik
didih : 178 °C subl.
Kelarutan
dalam air : 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C)
Keasaman
: -0,13 – 1,22 pKa
Momen
dipole : 3.64 D (Mumin et al., 2006)
Sifat
kimia kafein
Kafein
termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu paraxanthine
(84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%).
Penggunaan kafein
Seperti telah dijelaskan di atas, kafein
digunakan sebagai stimulan sentral dan biasanya tersedia dalam campuran.
Kandungan kafein dalam berbagai produk dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel
2.3.
5.
Ekstraksi langsung
Secara sederhana ekstraksi dapat
didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase
ke fase lainnya. Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang
cukup besar: pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik, karena entropi
diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode ekstraksi dikembangkan
berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika perpindahan
massa tidak dapat diabaikan. Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti
jika distilasi tidak dapat dilakukan (distilasi dapat dilakukan jika relative
volatility campuran lebih besar dari 1,2) atau terlalu mahal, jika
diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk
proses selanjutnya. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi
terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
1.
Penambahan
sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui proses
difusi.
2.
Solute akan
terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak.
3.
Pemisahan fase
ekstrak dengan sampel.
(Wilson, et al., 2000) Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya:
Suhu
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan
difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga
diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk
suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
Ukuran
partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin
besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur
difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.
Faktor
solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi
menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan
rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi
kafein Solven harus memenuhi criteria sebagai berikut :
Daya larut terhadap solute cukup besar
Dapat diregenerasi
Memiliki koefisien distribusi solute
yang tinggi
Dapat memuat solute dalam jumlah yang
besar
Sama sekali tidak melarutkan diluen atau
hanya sedikit melarutkan diluen
Memiliki kecocokan dengan solute yang
akan diekstraksi
Viskositas rendah
Antara solven dengan diluen harus
mempunyai perbedaan densitas yang cukup besar
Memiliki tegangan antarmuka yang cukup
Dapat mengurangi potensi terbentuknya
fase ketiga
Tidak korosif
Tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Tidak berbahaya bagi lingkungan
Murah dan mudah didapat
6.
Proses CO2
Secara teknis, proses ini dikenal sebagai
ekstraksi fluida superkritis. Ekstraksi dilakukan menggunakan karbon dioksida
superkritis pada tekanan 73 – 300 atm selama 10 jam. Setelah itu, tekanan
diturunkan untuk menguapkan CO2, atau CO2 superkritis tersebut dialirkan ke air
atau filter arang untuk menghilangkan kafein. Proses ini memiliki keunggulan
yaitu dapat menghindari penggunaan solven yang berbahaya. (en.wikipedia.org)
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1. ALAT
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini :
1) Gelas beker 300 ml 2 buah
2) Gelas ukur 100 ml, 10 ml , 1 buah
3) Neraca analitik
4) Hot plate
5) Corong besar 2 buah
6) Desikator
7) Corong pisah 1 buah
8) Oven
9) Alat penggerus lengkap
10) Cawan petri 2 buah
11) Penjepit
12) Erlenmeyer 2 buah
13) Spatula 2 buah
14) Botol semprot
15) Pipet volume 10 ml 1 buah
2.2. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini :
1) Teh sari wangi
2) Teh bandulan
3) Aquades
4) Kloroform
5) Natrium Hidroksida
6) Kertas saring
2.3. PROSEDUR KERJA
A) Ekstraksi Kafein dari Teh Sari Wangi
1) Ditimbang
7,5 gram teh sari wangi yang sudah halus
2) Dimasukkan
teh ke dalam gelas bekker. Menambahkan 75 mL akuades
3) Ditambahkan
5 gram Ca(OH)2, kemudian mendidihkannya.
4) Disaring
larutan dengan kertas saring. Memisahkan filtrat dari endapannya.
5) Dipanaskan
sampai filtratnya 1/3 volume. Mendinginkan filtrat sampai suhu kamar.
6) Dimasukkan
larutan ke dalam separator funnel dan menambahkan 35 mL kloroform, kemudian
dikocok.
7) Dipisahkan
larutan atas dan bawah pada separator funnel, larutan bawah dimasukkan ke
dalam gelas bekker dan mengepavorasi sampai kering.
8) Ditimbang crude kafein.
B) Ekstraksi
Kafein dari Teh Bandulan
1) Ditimbang
7,5 gram teh bandulan yang sudah halus
2) Dilakukan
prosedur kerja A dari langkah no 2 – 8.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENGAMATAN
No
|
Prosedur Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Ekstraksi
kafein dari teh sari wangi
Ditimbang teh sari wangi yang sudah halus
Dimasukkan teh ke dalam gelas bekker + 75
mL akuades
Ditimbang Ca(OH)2
Teh kering + 75 aquades+ 5 gram Ca(OH)2,
kemudian mendidihkannya.
Disaring larutan dengan kertas saring.
Dipanaskan sampai filtratnya 1/3 volume. Didinginkan
filtrat sampai suhu kamar.
Larutan dimasukkan ke dalam separator
funnel + 35 mL kloroform, dan dikocoknya.
Dipisahkan larutan tesebut, larutan bawah
diambil
Ditimbang Erlenmeyer
Diuapkan sampai kering
|
Massa
= 7,5 g
Larutan
berwarna coklat pekat
Massa
= 5 g
Larutan
berwarna coklat kehijauan
Terdapat
gelembung
Filtrate
berwarna kuning kecoklatan
Volume
awal = 49 ml
Volume
1/3 = 16,3 ml
Terdapat
2 fasa
Fasa
di atas larutan filtrate dan dibawab kloroform dan air.
Diperoleh
larutan bawah yaitu kloroform dan air
Massa
Erlenmeyer = 53 g
Massa
Erlenmeyer + kafein = 53,49 g
Massa
kafein = 0,49 g
|
B
|
Ekstraksi
kafein dari teh bandulan
Daun
teh dihaluskan
Lakukan
langkah 2-10 pada prosedur A
|
Massa
teh = 7,5 g
Larutan
berwarna coklat pekat
Massa
Ca(OH)2 = 5 g
Larutan
berwarna coklat hitam kehijauan
Filtrate
berwarna kuning coklat pekat
Volume
awal = 45ml
Volume
1/3 = 15 ml
Terdapat
2 fasa
Fasa
di atas larutan filtrat dan dibawah kloroform dan air.
Diperoleh
larutan bawah yaitu kloroform dan air
Massa
Erlenmeyer = 53 g
Massa
Erlenmeyer + kafein = 58,0735 g
Massa
kafein = 5,735 g
|
C
|
Kopi
dari kelompok 6
|
Massa
Erlenmeyer = 54 g
Massa
Erlenmeyer + kafein = 54,4 g
Massa
kafein = 0,4 g
|
3.2 PEMBAHASAN
PERBANDINGAN TEH DAN KOPI
SAMPEL
|
BERAT KAFEIN
|
Teh Sari Wangi
|
0,49 g dari 7,5 g teh
|
Teh Bandulan
|
5,735 g dari 7,5 g teh
|
Kopi Kapal Api
|
0,4 g dari 7,5 g kopi ( data dari kelompok 6 )
|
Ekstraksi kafein dari daun teh bertujuan untuk mengetahui
pengaruh air dan kloroform sebagai pelarut terhadap kafein dalam teh dan
mengetahui kadar kafein dalam teh. Dalam ekstraksi kafein dari daun teh
digunakan natrium hidroksida yang berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan yang
terkandung dalam teh kering secara keseluruhan. Salah satu dari bahan tersebut
adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki
properti basa amina organik. Hal ini mengakibatkan kafein keluar dari teh dan
ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lain seperti pigmen
flavanoid dan klorofil yang tidak larut dalam Ca(OH)2 dapat larut
dalam air. Pada saat teh dan Ca(OH)2 tercampur dalam satu wadah,
kedua zat tersebut tidak menyatu, hal ini dikarenakan Ca(OH)2 adalah
senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik.
Pada percobaan ini pemanasan dilakukan untuk mempercepat
reaksi pemisahan antara kafein dengan daun teh. Pemanasan ini juga
mengakibatkan terurainya Ca(OH)2 menjadi kapur tohor dan gas karbon
dioksida. Penyaringan juga dilakukan untuk memisahkan filtrat kafein yang telah
dipisahkan dari padatannya. Filtrat kafein yang telah dipisahkan dari
padatannya harus dipanaskan lagi. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan
kandungan air dalam filtrat, sehingga konsentrasi kafein semakin pekat dan
kandungan-kandungan lainnya menghilang. Pada saat pemanasan, kafein tidak ikut
menguap karena titik didih kafein yang sangat tinggi. Pemanasan menyisakan larutan
hingga 1/3 volumenya. Sisa larutan inilah yang dimasukkan ke dalam separator
funnel. Menuang larutan ke dalam separator funnel saat larutan berada pada suhu
kamar, karena jika terlalu dingin larutan akan mengendap yang disebabkan oleh
berat molekul kafein yang besar dan tekanannya yang juga besar.
Penambahan kloroform dalam separator funnel bertujuan untuk
mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain
dalam larutan. Kafein dapat terikat oleh kloroform karena kloroform berupa zat
non polar yang dapat terikat oleh zat non polar juga yaitu kloroform. Larutan
dan kloroform dalam separator funnel dikocok agar kloroform dapat terdistribusi
dengan cepat dan keduanya dapat tercampur sempurna.
Larutan dalam separator funnel yang telah dikocok, terbagi
menjadi dua lapisan. Lapisan atas filtrat, lapisan bawah kloroform yang
mengandung air. Larutan yang terbagi menjadi dua lapisan dikarenakan adanya
perbedaan massa jenis. Massa jenis yang paling kecil adalah larutan yang berada
di lapisan atas, dimana larutan tersebut adalah zat-zat sisa. Larutan kafein
adalah larutan dengan massa jenis terbesar. larutan kafein dikeluarkan ke dalam
gelas bekker agar kafein terpisah dari zat lainnya. Sedangkan pada lapisan atas
ditambahkan kloroform lagi agar kafein yang tertinggal dapat terpisah secara
sempurna.
Lapisan bawah tersebut dievaporasikan hingga kering. Tujuan
evaporasi untuk menguapkan kloroform yang masih terdapat pada kafein. Kloroform
dapat menguap saat dievaporasi karena sifat kloroform mudah menguap.
Jika dibandingkan dengan perbedaan ekstraksi kafein dari kopi
, sampel adalah kopi kapal api yang dilakukan kelompok 6 , didapatkan kadar
kafein dalam kopi tersebut hampir sama dengan teh yaitu sebesar 0,4 gram. Hal ini kembali lagi
pada factor-faktor di atas yang menyebabkan terjadinya perbedaan ini. Hal ini
sesuai dengan teoritis , bahwa kafein pada kopi lebih sedit dibandingkan dengan
teh.
Batas maksimal mengkonsumsi kafein pada manusia adalah 10
gram per orang. Jika melebihi batas ini akan menyebabkan kematian. Pada
beberapa kasus , dengan hanya mengkonsumsi 6,5 gram kafein saja sudah dapat
menyebabkan kematian , namun ada juga orang yang mengkonsumsi kafein 24 g ,
masih tetap hidup.(Nawrot,2001)
Health Canada memberikan rekomendasi batas maksimum konsumsi
kafein sebagai berikut :
·
45 mg perhari bagi anak usia 4-6 tahun
·
62,5 mg perhari bagi anak usia 7-9 tahun
·
85 mg perhari bagi anak usia 10-12 tahun
·
300 mg perhari bagi wanita yang berencana hamil , wanita
hamil dan menyusui
·
400 mg perhari bagi orang dewasa sehat
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dalam praktikum ini adalah :
1.
Cara mendapatkan kafein dari teh atau kopi yaitu dengan
metode ekstraksi pelarut
2.
Pelarut yang digunakan adalah air dan kloroform
3.
Kafein yang terkandung dari 7,5 g teh sari wangi adalah 0,49
g
4.
Kafein yang terkandung dari 7,5 g teh bandulan adalah 5,735 g
5.
Kafein yang terkandung dari 7,5 g kopi adalah 0,4 g
4.2. SARAN
Mengkonsumsi
kafein harus sesuai dengan rekomendasi batas maksimum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1.
2003. Teh minuman penuh manfaat. http://chem-is-try.org/ diakses
pada hari jumat , 07 November 2013
Das T,
Gaurisankar Sa, Sreya Chattopadhyay and Baisakhi Saha. 2008. Black tea: The
Future Panacea for Cancer. Al Ameen J. Med. S c i. 1: 70-83.
Misra H,
D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of Extraction and
HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia
sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy : 47-51.
Mumin A,
Kazi F A, Zainal A, Zakir H. 2006. Determination and Characterization of
Caffeine in Tea, Coffee, and Soft Drink by Solid Phase Extraction and High
Performance Luquid Chromatography (SPE – HPLC). Malaysian Journal of
Chemistry, 8: 45-51.
Nawrot,
P., S. Jordan, J. Eastwood, J. Rotstein, A. Hugenholtz, and M. Feeley. 2001. Effects
of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminats. 20:1-30.
Pambudi,
J. 2006. Potensi teh sebagai Sumber zat gizi dan perannya dalam kesehatan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi.
Sianturi,
G. 2001. Kafein dan Minuman Kesehatan. www.gizi.net
Sudjadi.
1988 . Metode pemisahan edisi pertama.
Yogyakarta : Kanisius
Wilson I
D, Michael C, Colin F P, Edward R A. 2000. Encyclopedia of Separation
Science.Academic Press. 118-119
Zuo Y,
Hao Chen, Yiwei Deng. 2001. Simultaneous Determination of Catechins,
Caffeine, and Gallic Acids in Green, Oolong, Black, and Pu-erh Teas Using HPLC
with a Photodiode Array Detector. Talanta, 57:307-316
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
·
Massa Kafein =
(massa
Erlenmeyer + massa kafein ) – (massa Erlenmeyer kosong )
·
Massa kafein teh sari wangi =
= 53,49 g –
53 g
= 0,49 g
·
Massa kafein teh bandulan =
= 58,0735 g
– 53 g
= 5,735 g
·
Massa kafein kopi =
= 54,4 g –
54 g
= 0,4 g
Tidak ada komentar:
Posting Komentar